SinopsisSingkat Cerita Malin Kundang Adalah pesisir Pantai Air Manis (saat ini: kota Padang), hiduplah satu keluarga yang miskin, antara ayah, ibu dan anak. Tuntutan ekonomi yang makin terpuruk memunculkan niat bagi sang Ayah untuk mengadu nasib ke rantau orang. Setelah sekian lama, sang Ayah tidak pulang.
Home B. Indonesia Unsur Ekstrinsik cerita Malin Kundang SEORANG PENGGUNA TELAH BERTANYA 👇 Unsur Ekstrinsik cerita Malin Kundang INI JAWABAN TERBAIK 👇 Jawaban yang benar diberikan idir17 jawaban Unsur ekstrinsik dari cerita malin kundang, antara lain 1. kapan cerita tersebut diciptakan 2. Kondisi mayarakat pada waktu cerita tersebut diciptakan, 3. pandangan hidup pengarang/pencipta cerita tersebut Jawaban yang benar diberikan Elsahabibah jawaban Unsur instrinsik malin kundang 1. Tokoh, Malin Kundang, Ibunya 2. Watak, Malin sombong, durhaka 3. Latar, Sumatra 4. Tema, Menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya 5. Amanat, Janganlah kita durhaka pada orang tua, Unsur ekstrinsik dari cerita malin kundang, antara lain 1. kapan cerita tersebut diciptakan 2. Kondisi mayarakat pada waktu cerita tersebut diciptakan, 3. pandangan hidup pengarang/pencipta cerita tersebut Penjelasan Malin Kundang. Pengarang Syamsuddin Udin Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa cerita Malin kundang merupakan cerita rakyat yang berasal dari kehidupan masyarakat zaman dulu yang dipercaya atau dikenal sebagai cerita rakyat yang tidak memiliki nama pengarang Jawaban yang benar diberikan mayangsagara1128 Unsur instrinsik malin kundang 1. Tokoh, Malin Kundang, Ibunya2. Watak, Malin sombong, durhaka3. Latar, Sumatra4. Tema, Menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya5. Amanat, Janganlah kita durhaka pada orang tua, Unsur ekstrinsik dari cerita malin kundang, antara lain1. kapan cerita tersebut diciptakan2. Kondisi mayarakat pada waktu cerita tersebut diciptakan,3. pandangan hidup pengarang/pencipta cerita tersebut Maaf jika ada kesalahan, mohon untuk dikoreksi –aSd–
ceritadongeng legenda malin kundang Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Penasaran dengan kisah anak durhaka yang dikutuk menjadi batu dalam cerita rakyat Malin Kundang? Baca saja artikel ini! Nggak cuma jalan cerita, kamu juga bisa tahu ulasan tentang unsur intrinsik dan fakta menarik seputar legenda yang terkenal di Indonesia ini, lho!Indonesia punya sederet dongeng dan legenda yang menarik untuk dikulik. Salah satu yang paling terkenal adalah Malin Kundang, cerita rakyat dari Sumatera Barat yang mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka terhadap kecil, kamu mungkin sudah pernah membaca atau mendengar tentang kisah ini. Barangkali, sekarang kamu ingin menceritakannya ke anak atau keponakanmu yang masih setelah mendengarnya, anak atau keponakanmu jadi tahu pesan penting yang tersirat di dalamnya. Kalau kesulitan menyarikan, di sini kami juga menyediakan ulasan tentang pesan moral, unsur intrinsik lain, serta fakta menarik yang berkaitan dengan dongeng atau legenda Malin Kundang. Yuk, langsung simak!Cerita Rakyat Malin Kundang Sumber Alchetron Alkisah, hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama anak laki-laki semata wayangnya, Malin Kundang. Mereka tinggal berdua di sebuah perkampungan nelayan di Padang, Sumatera Barat. Tepatnya di pantai yang bernama Air Manis. Karena hanya hidup berdua, Mande sangat menyayangi dan memanjakan putranya. Apalagi, buah hatinya sempat sakit keras dan hampir kehilangan nyawa. Mande pun berusaha keras mencari cara untuk menyelamatkannya. Setelah kejadian itu, ia semakin menyayangi Malin. Meski demikian, Malin tak lantas menjadi anak yang manja. Ia bahkan tumbuh menjadi anak yang rajin dan patuh terhadap ibunya. Merantau ke Kota Lain demi Mengubah Nasib Sampai suatu hari, Malin yang sudah dewasa meminta izin untuk merantau ke kota. Ia berharap keputusannya itu bisa mengubah hidupnya dan sang ibu yang tergolong miskin. Apalagi saat sudah mulai tua, ibunya hanya bisa berjualan kue untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Karena khawatir, Mande sempat menolak keinginan Malin. Ia takut akan ada kejadian buruk yang menimpa anaknya saat berjauhan dari dirinya kelak. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” pintanya sedih. Meski demikian, Malin tetap teguh pada keinginannya. Ia tak ingin melewatkan kesempatan karena kapal besar yang bisa membawanya ke kota jarang datang ke pantai tersebut. Ia pun menggenggam tangan sang ibu sambil meyakinkannya,”Ibu, tenanglah. Tidak akan terjadi apa-apa denganku.” “Ini kesempatan, Bu,” lanjutnya. “Belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita, Bu. Izinkanlah.” Karena permohonan tersebut, Mande akhirnya luluh. Sambil menangis diizinkanlah putra semata wayangnya pergi merantau ke tanah seberang. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu, Nak,” ujarnya. Tak lupa, dibekalinya anak itu dengan tujuh kepal nasi yang dibungkus dengan daun pisang untuk bekal selama di jalan. Setelah itu, Malin pun pergi meninggalkan ibunya sendirian di kampung halaman. Doa dan Penantian Sang Ibu Lanjut ke cerita rakyat Malin Kundang berikutnya, waktu berjalan kian lambat bagi Mande setelah kepergian sang putra. Tak henti-hentinya ia memandangi lautan sembari menanti kepulangan anaknya. Tak lupa, doa untuk sang buah hati selalu dipanjatkannya kepada Yang Maha Kuasa. Ia pun rajin mencari kabar tiap kali ada kapal besar datang ke Pantai Air Manis. “Apakah kalian melihat anakku, Malin?” tanyanya pada awak kapal dan nahkoda yang ditemuinya. “Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” Sayang, pertanyaan demi pertanyaan yang ia sampaikan tak pernah mendapatkan jawaban yang jelas. Putra semata wayangnya pun tak pernah menitipkan pesan maupun barang untuk ibundanya. Tak terasa, tahun demi tahun berlalu. Tubuh Mande kian renta, jalannya pun mulai terbungkuk-bungkuk, namun ia tetap tak kenal lelah menanti kabar dari putra tercintanya. Kabar Pernikahan Malin dan Putri Bangsawan Hingga akhirnya pada suatu hari, datanglah kabar dari seorang nahkoda yang dulu mengantar Malin pergi merantau. Nahkoda tersebut mengatakan bahwa Malin kini telah sukses dan menikah. “Mande, tahukah kau? Anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik. Putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” terangnya. Namun, tampaknya kabar bahagia tersebut tak cukup untuk mengobati kerinduan Mande pada Malin. Tetap saja ia merasa pilu dan berharap bisa melihat putranya kembali suatu hari nanti. Apalagi, sang anak tetap tak kunjung tampak batang hidungnya setelah berbulan-bulan ia mendengar kabar tersebut. “Malin, cepatlah pulang kemari, Nak. Ibu sudah tua Malin. Kapan kau pulang…,” rintih Mande setiap malam. Kepulangan Malin dan Pertemuan Kembali dengan Ibunda Sumber Dongeng Pengantar Tidur – SERBA JAYA Surabaya Doa Mande agar Malin pulang akhirnya terjawab. Pada suatu hari yang cerah, terlihat sebuah kapal yang megah dan mewah tengah berlayar menuju Pantai Air Manis. Di anjungannya, tampak sosok Malin yang berdiri berdampingan bersama sang istri. Pakaian yang mereka kenakan tak kalah mewah, bahkan berkilauan di bawah terik matahari. Melihat kapal tersebut, para penduduk berkumpul dan bersorak gembira. Mereka menyangka kapal mewah itu kepunyaan seorang pangeran atau sultan. Malin pun sumringah melihat sambutan tersebut. Sementara itu, Mande tak kalah bahagia. Buah hati yang selalu dinantinya akhirnya pulang. Mande pun ikut berdesakan dengan orang-orang kampung untuk mendekati kapal. Berdebar keras jantungnya saat melihat sosok pemuda yang diyakininya sebagai Malin. Tak sabar dirinya ingin segera memeluk putra yang dirindukannya itu. Bahkan sebelum para sesepuh selesai memberikan sambutan, Mande yang berpakian compang-camping sudah memeluk Malin erat-erat, seakan takut akan kehilangan putranya lagi. “Malin, anakku. Kau benar anakku, kan? Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” ujarnya sambil menahan tangis. Tolak Akui Mande Rubaya sebagai Ibu Sayang beribu sayang, kerinduan Mande Rubaya ternyata tak terbalaskan. Jangankan balas memeluk, Malin justru terkejut dan malu. Apalagi, istrinya tak segan merendahkan Mande Rubaya. “Perempuan jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!” hinanya sambil meludah. “Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?” Karena malu, Malin lantas mendorong Mande dengan keras hingga jatuh tersungkur ke pasir pantai. “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” serunya. Sikap Malin semakin menjadi-jadi saat Mande berusaha meyakinkan kalau mereka adalah keluarga. Ia bahkan menendang Mande yang tengah bersujud ingin memeluk kakinya. “Perempuan gila! Ibuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” hardiknya lagi. Mendapat perlakuan kasar seperti itu, Mande hanya bisa terkapar dan menangis. Hatinya sangat sakit hingga ia pun jatuh pingsan. Sementara itu, orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa tercengang, lantas pulang ke rumahnya masing-masing. Setelah beberapa saat, Mande pun tersadar sendiri, pantai sudah sepi dan anaknya sudah pergi, hanya kapal mewahnya yang masih telihat dari kejauhan. Doa Mande dan Petaka Malin Sumber Wikimedia Commons Semakin sakit dan perih hati Mande Rubaya. Tak dinyana anak yang dulu sangat dikasihinya tega berbuat seperti itu. Dengan hati yang pilu, ia pun mengangkat tangannya dan berdoa. “Ya, Tuhan. Kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan,” isaknya sedih. Seketika, langit yang tadinya cerah berubah gelap. Hujan mendadak turun dengan lebat. Dari jauh, tampak badai besar yang menghantam kapal mewah milik Malin. Belum selesai di situ, datang petir disetai suara menggelegar. Kapal mewah Malin tersambar, hancur berkeping-keping, lalu terseret ombak hingga ke tepi pantai. Keesokan harinya, badai telah berlalu, matahari kembali bersinar cerah. Saat itulah tampak sisa-sisa bangkai kapal yang berubah menjadi batu. Dan di antara bangkai tersebut, ada satu batu yang menyerupai sosok seorang laki-laki yang tengah bersujud. Konon, batu itu adalah jelmaan Malin yang durhaka pada ibunya. Sementara itu, tampak ikan-ikan kecil di sekitar batu yang diyakini sebagai pecahan tubuh sang istri yang terus mencarinya. Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Malin Kundang Selain sinopsis cerita, di sini kami juga akan menjabarkan unsur intrinsik yang ada di dalam dongeng Malin Kundang. Antara lain mengenai tema atau inti cerita, tokoh dan perwatakan, latar belakang, alur, serta pesan moral di dalamnya. Berikut ini ulasannya. 1. Tema Tema atau inti dari cerita ini adalah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya. Di akhir cerita, ia mendapatkan musibah karena kelakuannya itu. 2. Tokoh & Perwatakan Ada dua tokoh utama yang muncul dalam legenda ini, yakni Malin Kundang dan ibunya yang bernama Mande Rubayah. Malin sebagai tokoh antagonis digambarkan memiliki sifat yang sombong, congkak, dan durhaka. Meski demikian, saat kecil ia sempat memiliki sifat yang rajin dan penurut. Sementara itu, Mande diceritakan sangat menyayangi putra semata wayangnya. Bahkan saat mereka hidup berjauhan pun, Mande selalu setia mendoakan Malin. Tokoh pembantu yang disebutkan di kisah ini adalah istri Malin yang tak kalah congkak. Serta nahkoda yang tidak diketahui sifatnya atau netral. 3. Latar Latar atau setting tempat cerita ini adalah di sebuah perkampungan nelayan di Pantai Air Manis, Sumatera Barat. Setting waktunya sendiri bermacam-macam. Diperkirakan, kapal Malin yang megah kembali ke Pantai Air Manis di pagi atau siang hari. Tersambarnya kapal tersebut diduga terjadi di sore sampai malam hari, karena bangkai kapal baru diketemukan esok harinya. 4. Alur Cerita Alur yang digunakan dalam legenda Malin Kundang adalah maju. Cerita dimulai saat Malin kecil, beranjak dewasa dan merantau, lalu menikah dan kembali ke kampung halaman. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Malin Kundang Setelah membacakan, jangan lupa ajarkan inti dongeng Malin Kundang kepada si kecil. Pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini ada beberapa. Yang pertama, selalu hargai dan hormati kedua orang tua. Jangan sekali-kali bersikap kasar kepada mereka, apalagi kalau mereka sudah berkorban banyak untuk merawatmu saat kecil. Kalaupun kamu harus hidup berjauhan dari mereka, jangan ragu untuk memberi dan bertanya kabar. Jangan sampai kamu menyesal karena tak bisa lagi melakukan itu nantinya. Kedua, jangan biarkan dirimu terlena oleh kekayaan. Malin kecil sempat menjadi anak yang rajin dan patuh saat kecil, padahal saat itu ia hanya hidup sederhana dengan ibunya. Namun gara-gara dibutakan oleh harta, ia tak mau lagi mengakui ibunya sendiri. Tak hanya intrinsik, sebenarnya ada juga unsur ekstrinsik dari legenda Malin Kundang. Yakni unsur di luar cerpen yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat, penulis, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Fakta Menarik seputar Legenda Malin Kundang Selain jalan cerita, ternyata ada fakta menarik lain seputar Malin Kundang yang tak kalah menarik untuk dikulik. Berikut ini ulasannya! 1. Serupa dengan Kisah di Brunei, Malaysia, dan Singapura Sumber Alchetron Kalau Indonesia punya legenda Malin Kundang, Brunei Darussalam punya dongeng Nakhoda Manis, sementara di Malaysia dan Singapura ada Si Tenggang atau Si Tanggang. Ketiganya punya inti cerita yang sama, yakni tentang seorang anak yang durhaka dan dikutuk menjadi batu. Yang menjadi pembeda adalah lokasi, nama tokoh, atau detail kejadian. Lokasi batu dalam cerita Nakhoda Manis diyakini ada di Jong Batu, Sungai Brunei. Di kisah Si Tenggang, tokoh utamanya memiliki ayah dan ibu. Namun ia malu mengakui keduanya dan mengatakan kalau mereka sudah meninggal dunia. 2. Lokasi Ceritanya Dijadikan Tempat Wisata Seiring dengan populernya legenda Malin Kundang, Pantai Air Manis yang menjadi setting lokasi kisah ini juga terangkat pamornya. Apalagi di tahun 1980-an, seniman Padang bernama Dasril Bayras dan Ibenzani Usman terinspirasi untuk membuat karya seni berupa pahatan batu berbentuk Malin dan bongkahan kapal di pantai tersebut. Replika batu ini kemudian menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung ke pantai tersebut. Karena terus tergerus abrasi, pemerintah setempat bahkan menyediakan anggaran khusus untuk revitalisasi. 3. Diadaptasi dalam Karya Modern Sumber Wikimedia Commons Sebagai salah satu cerita rakyat terpopuler di Indonesia, dongeng Malin Kundang sudah beberapa kali diadaptasi dalam berbagai bentuk karya modern. Sebagai contoh, cerita ini pernah dipentaskan dalam drama berjudul sama di tahun 1978. Ada pula versi sinetronnya yang diputar di stasiun televisi swasta di tahun 2005 dengan Fachri Albar sebagai tokoh utama. Kisah ini pun pernah diabadikan dalam perangko seri cerita rakyat yang diluncurkan tahun 1998. Selain Malin Kundang, legenda lain yang turut dibuat perangkonya adalah Sangkuriang, Roro Jonggrang, dan Tengger. Uniknya, desain perangko tersebut ternyata dibuat oleh Pidi Baiq, penulis novel dan sutradara Dilan. Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Malin Kundang Ini? Itu tadi kisah Malin Kundang yang bisa kamu jadikan dongeng pengantar tidur untuk anak maupun keponakanmu. Lengkap dengan ulasan tentang unsur intrinsik dan fakta menarik yang masih berkaitan dengannya. Sudah puas, kan setelah membaca kisah ini? Kalau belum, kami masih punya cerita, dongeng, dan legenda lain yang tak kalah menarik! Ada Batu Menangis, Roro Jonggrang, Tangkuban Perahu, sampai Cinderella. Langsung saja simak! PenulisNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
Unsurintrinsik dalam cerkak meliputi antara lain : Beserta unsur intrinsiknya cerita legenda bahasa jawa candi prambanan cerita rakyat bahasa jawa legenda candi prambanan contoh cerita . Ide pokok merupakan sumber cerita dalam cerita atau biasa dikenal dengan . Pengertian unsur intrinsik adalah suatu unsur yang menyusun suatu karya sastra.
Malin Kundang Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah kampung nelayan di Pantai Air Manis. Perempuan miskin setengah baya tersebut mempunyai seorang anak lelaki tunggal bernama Malin Kundang. Malin Kundang sejak kecil telah ditinggal mati oleh bapaknya. Jadilah Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya dengan mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja. 1 Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis, Malin Kundang mengutarakan maksud hatinya kepada ibunya. Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri seberang guna merubah nasib hidup dan masa depannya. Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata. Tinggallah ibunya seorang diri dan berdo’a semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang. 2 Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari nakhoda yang sering berlabuh di Pantai Air Manis. Sungguh tak dapat dibayangkan ternyata Malin Kundang telah menjadi kaya dan mempunyai istri yang cantik di rantau sana. Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang mendengar kabar baik tersebut. Tiap malam sang ibu berdo’a semoga Malin Kundang segera kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya. 3 Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air Manis. Hati sang ibu sungguh sangat bahagia, karena do’anya dikabulkan Tuhan untuk dapat kembali bertemu dengan anaknya yang telah berpuluh tahun pergi jauh dari pangkuannya. Main Kundang tampak gagah turun dari kapal bersama istri cantiknya. “Malin, Malin, ini ibu nak“, sahut ibu sambil berlinangan air mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya. 4 Malin Kundang lantas berlalu dan meninggalkan ibunya yang masih bersimpuh sambil menangis sedih. Tak lama kemudian kapal Malin Kundang mulai bergerak meninggalkan sandaran. Sang ibu berdo’a sambil meneteskan air mata. “Ya Tuhan, kalau memang Malin Kundang anakku, tunjukkanlah kebesaran-Mu kepada ku”. 5 Tak lama kemudian datanglah badai disertai petir dan gelombang laut yang dahsyat. Tak pelak kapal Malin Kundang dihantam gelombang laut yang datang secara tiba-tiba. Malin Kundang sempat memanggil nama ibunya, namun kebesaran Tuhan telah datang, Malin Kundang si anak durhaka tenggelam bersama kapalnya dan terdampar di tepi Pantai Air Manis. Konon karena kutukan ibunya, Malin Kundang bersama istrinya berubah menjadi batu. 6 Unsur Instrinksik Dari Cerpen “ Malin Kundang “ 1. Tema Kedurhakaan terhadap Orang Tuanya Bukti Terletak pada paragraph ke 4 “Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya. “ 2. Tokoh a. Malin Kundang b. Ibu Malin Kundang 3. Perwatakan a. Malin Kundang Protagonis dan Antagonis Bukti Terletak pada Paragraf ke 2 dan 4 “Malin Kundang bermaksud untuk pergi merantau ke negeri seberang guna merubah nasib hidup dan masa depannya”Protagonis “Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.” Antagonis b. Ibu Malin Kundang Baik Hati dan Penyayang Protagonis Bukti Terletak pada paragraph ke 1 dan 2 “Jadilah Malin Kundang anak yatim, yang sehari-hari dirawat dan dibesarkan oleh ibunya dengan mencari kayu api atau menangkap ikan di tepi pantai. Dengan penuh kasih sayang Malin Kundang dibesarkan ibunya hingga beranjak remaja.” “Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata. Tinggallah ibunya seorang diri dan berdo’a semoga Malin Kundang berhasil di rantau orang.” 4. Alur Maju 5. Latar a. Latar Tempat Di Pantai Air Manis Terletak Pada Paragraf ke 1 “Alkisah, hiduplah seorang perempuan miskin di sebuah kampung nelayan di Pantai Air Manis.” Terletak pada paragraph ke 2 “Pada suatu hari di tengah deruan ombak pantai Air Manis, Malin Kundang mengutarakan maksud hatinya kepada ibunya” Terletak pada paragraph ke 3 “Bulan berganti, tahun berlalu, terdengarlah berita dari nakhoda yang sering berlabuh di Pantai Air Manis.” Terletak pada paragraph ke 4 “Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air Manis.” Terletak pada paragraph ke 6 “Pada suatu hari merapatlah sebuah kapal besar membawa Malin Kundang di pantai Air Manis.” b. Latar Waktu Siang dan Malam Terletak pada paragraph ke 3 dan 4 “Tiap malam sang ibu berdo’a semoga Malin Kundang segera kembali. Sungguh sang ibu sangat merindukannya. “ 3 “Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.”4 c. Latar Suasana Bahagia dan Menyedihkan Terletak pada paragraph ke 2 “Sang ibu tak kuasa menahan dan melepas anak yang dicintai dengan cucuran air mata.” Terletak pada paragraph ke 3 “Alangkah bahagianya ibu Malin Kundang mendengar kabar baik tersebut.” Terletak pada paragraph ke 4 ““Malin, Malin, ini ibu nak“, sahut ibu sambil berlinangan air mata karena bahagianya. Akan tetapi ternyata Malin Kundang telah berubah dan sombong, ia tidak mau mengakui wanita yang datang dengan baju yang compang-camping itu sebagai ibunya. “Saya tidak punya ibu yang hina dan miskin seperti kamu, dasar tua bangka yang tak tahu diri!”, begitu kata Malin Kundang kepada wanita yang memang adalah ibu kandungnya. Hati sang ibu tersayat bak sembilu, bagai petir disiang hari, tak disangka anak yang disayangi dan dirindukan sepanjang hari melukai hatinya dan durhaka kepadanya.” 6. Amanat “ Janganlah durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap ibu kita. Durhaka terhadap orang tua apalagi terhadap seorang ibu merupakan perilaku yang tercela dan sangat dilarang oleh agama. Ingatlah bahwa Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu, berprilaku baik dan lemah lembut lah terhadap ibu kita.” 7. Sudut Pandang Orang Ketiga.
AssalamualaikumWr. Wb.Unsur intrinsik teks narasi deskripsi tema tokoh penokohan alur kelas 4 tema 4.Wasalamualaikum Wr. Wb.Sumber materi kelas 4: Buku Tema
Pada suatu saat hiduplah seorang anak bernama Malin Kundang. Malin memiliki seorang ibu bernama Mande Rubiyah yang sangat menyayanginya. Mereka merupakan keluarga miskin yang tinggal di dekat Pelabuhan. Di desa tempat mereka tinggal, sering dikunjungi kapal besar yang berlabuh untuk bedagang. Melihat banyaknya orang yang sukses untuk berdagang, Malin memiliki keinginan untuk menaiki salah satu kapal dan menjadi orang kaya diperantauan. Suatu hari Malin Kundang berhasil menaiki kapal dan pergi menuju perantauan. Setelah beberapa tahun kemudian, seluruh penduduk desa mendengar kabar bahwa Malin telah menikah dengan anak saudagar kaya dan menjadi orang sukses. Mendengar hal itu, Mande Rubiyah menjadi berbahagia dan selalu menantikan kedatangan Malin. Suatu saat, Malin Kundang akhirnya kembali ke desa kelahirannya. Sang ibu, Mande Rubiyah langsung mengampiri Malin yang datang bersama istrinya. Karena malu dengan penampilan Ibunya yang kumuh dan miskin, Malin berpura pura tidak mengenali ibunya dan mengusir Mande Rubiyah dari hadapannya. Mande Rubiyah menjadi sangat sedih dan berdoa kepada tuhan untuk mendapatkan keadilan. Seketika setelah kapal Malin berlayar, ombak dan badai besar menerpa dan menenggelamkan kapal tersebut. Malin hanya bisa meminta maaf sambal bersujud. Tetapi atas kuasa tuhan, Malin pun dikutuk menjadi batu. Melihat anaknya berubah menjadi batu, Mande Rubiyah menjadi sedih dan memaafkan dosa anaknya Analisis Cerita 1. Tema Hukuman anak durhaka terhadap orang tua 2. Amanat Janganlah sekali-kali berbuat jahat dan terhadap orang tua 3. Latar a. Latar Waktu Masa lampau b. Latar Tempat Desa pelabuhan c. Latar Suasana Sedih 4. Alur Waktu Maju 5. Penokohan Malin Kundang Sombong dan Angkuh Mande Rubiyah Pemaaf dan Penyayang UnsurIntrinsik Malin Kundang 1. Tema. Tema dari cerita rakyat Malin Kundang di atas adalah tentang anak yang durhaka kepada ibunya. Hal ini ditandai 2. Latar. Adapun Latar tempat dari cerita Malin Kundang adalah rumah, lingkungan rumah, suasana kapal, kota, dan pinggir 3. Tokoh. Tokoh yang 1. Tema Tema dalam cerita rakyat Malin Kundang adalah pendidikan moral tentang pengajaran untuk anak yang durhaka pada ibunya. Tema ini berisi pengajaran kepada pembaca yang kental dengan nilai-nilai budaya masyarakat minang. 2. Tokoh dan Penokohan Tokoh yang muncul dalam cerita Malin Kundang diantaranya a. Malin kundang Malin Kundang termasuk tokoh bulat karena mengalami perubahan karakter. Pada awal cerita, Malin Kundang digambarkan memiliki watak patuh pada orang tua, suka menolong, suka menolong dan sangat menyanyangi orang tua. Hal tersebut dijabarkan oleh penulis secara dramatik melalui dialog tokoh Mande Rubayah ibu Malin Kundang di bawah ini “Ya Allah, jauhkan Malin dari bahaya, hindarkan dia dari perbuatan tercela dan larang ia menyimpan niat yang tidak baik. Dia anak yang patuh, cinta kepada ibunya, suka menolong orang, sopan dan halus perasaannya,. Semoga ia dalam bimbinganMu.” Watak Malin Kundang tersebut mengalami perubahan. Wataknya yang sopan dan patuh pada orang tua berubah secara drastis, baik karakter maupun fisiknya. Untuk lebih jelasnya, dapat diketahui melalui kutipan di bawah ini “Malin sudah jadi nahkoda. Badannya tumbuh besar dan gagah. Disukai dan dihormati. Hartanyapun tidak sedikit. Bahkan baru saja menikah dengan seorang putri China. “ Kutipan di atas menggambarkan Malin sebagai seorang lelaki yang gagah, kaya dan tersohor bahkan mampu memikat hati putri China. Selain itu, Malin Kundang memliki watak gengsi. Hal tersebut digambarkan secara analisis. “Malin memang sedang pulang. Tetapi ia tidak sendiri. Di sampingnya, putri China yang jelita. Semula, Malin segan singgah, karena ia tahu kampung halamannya. Dia tidak mau bertemu handai taulan. Takut ketahuan keturunan orang kebanyakan.” Selain watak-watak di atas, Malin Kundang juga bersifat jahat pada ibunya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan berikut “Akhirnya tangan Malin bergerak dan mendorongkan ibunya sampai terjerembab ke tanah. “ b. Mande Rubayah Mande Rubayah adalah ibu Malin Kundang. Mande Rubayah diceritakan memliki watak penyayang, sabar, baik hati dan sangat mencintai anaknya. “Mande Rubayah, ibu Malin Kundang menangis. Ia cinta anaknya, tapi tak ingin menahan. Ia tahu, jauh pergi banyak dilihat. Banyak dialami semakin kuat jati diri.” Selain itu, Mande Rbayahpun termasuk orang yang taat beragama. “Berangkatlah anakku,” katanya sendu,”tetapi jangan lupa ibu sellau ada di dalam hati. Jangan melakukan perbuatan yang tidak senonoh, kuatkan iman, selalu ingat kepada Tuhan, berbuat baik dan sopan kepada orang lain,…” c. Putri China Putri Chin dalam cerita Malin Kundang digambarkan sebagai wanita yang cantik, anggun dan jelita. “Malin Kundang memang sedang pulang. Tetapi, ia tidak sendiri. Di sampingnya, putri China yang jelita.” Namun, parasnya yang cantik ternyata dibarengi dengan sifatnya yang sombong. “Putri China di samping Malin terkejut. Ia melihat dengan jijik perempuan tua kotor, bau dan jelek itu menggelayut di tangan suaminya. Mukanya berkerut. “ 3. Alur Alur yang digunakan oleh pengarang dalam cerita Malin Kundang adalah alur maju. Hal tersebut dapat diketahui melalui kutipan di bawah ini “Sejak hari itu ibu Malin suka termenung….” “Tapi berbulan-bulan berlalu…” 4. Sudut Pandang Sudut Pandang dalam cerita rakyat ini adalah sudut pandang orang ketiga. Pengarang bertindak sebagai pengamat atau sebagai orang yang berada di luar cerita dan tidak terlibat dalam cerita. “Ibu Malin menyatukan tangan di dada. Ia bersyukur anaknya telah berhasil menggapai cita-cita tetapi mengapa ia belum pulang juga.” 5. Setting a. Setting Waktu Setting waktu yang muncul diantaranya - Setelah berbulan-bulan “Tapi berbulan-bulan berlalu…” - Malam hari “Malam hari di lautan lepas, badai mengamuk. “ b. Setting Tempat Setting tempat yang muncul, antara lain - Di pantai Air Manis di Kota Padang, Sumatra Barat “Sebuah kapal besar merapat di pantai air manis di kota Padang, Sumatra Barat.” - Di geladak kapal “…anaknya di geladak akapl membalas sambil berteriak lantang …” - Di Lautan “Malam hari di lautan lepas, badai mengamuk…” c. Setting Suasana - Ramai “Pada suatu hari yang cerah, para tetangga berteriak memanggil. Mereka mengatakan ada kapal besar merapat di pelabuhan. Ibu Malin buru-buru menyambar selendang…” - Mencekam “Malam hari di lautan lepas, badai mengamuk. Kapal Malin diterjang gelombang. Berantakan menampar karang. Malin Kundang terlempar ke pantai.” 6. Amanat - Jangan durhaka kepada kedua orang tua - Jangan bersikap kasar pada orang tua. UNSURINTRINSIK MALIN KUNDANG 1. Tema Tema dalam cerita rakyat Malin Kundang adalah pendidikan moral tentang pengajaran untuk anak yang durhaka pada 2. Tokoh dan Penokohan Tokoh yang muncul dalam cerita Malin Kundang diantaranya : a. Malin kundang Malin Kundang 3. Alur Alur yang digunakan oleh Connection timed out Error code 522 2023-06-16 194419 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d858b3b6edf0ea4 • Your IP • Performance & security by Cloudflare 0IbqR6.
  • 906w7ut72y.pages.dev/392
  • 906w7ut72y.pages.dev/263
  • 906w7ut72y.pages.dev/102
  • 906w7ut72y.pages.dev/485
  • 906w7ut72y.pages.dev/401
  • 906w7ut72y.pages.dev/187
  • 906w7ut72y.pages.dev/152
  • 906w7ut72y.pages.dev/251
  • unsur intrinsik cerita malin kundang